Portal Dunia Esport – Pada tanggal 18 Juni, dokter-dokter di Korea Selatan akan melancarkan aksi mogok kerja besar-besaran sebagai bentuk protes terhadap rencana pemerintah untuk menambah kuota mahasiswa di fakultas kedokteran. Langkah ini diambil setelah serangkaian negosiasi dengan pihak pemerintah tidak membuahkan hasil yang memuaskan bagi para dokter. Aksi ini bukanlah yang pertama kali dilakukan, menunjukkan bahwa isu ini memiliki dampak yang signifikan terhadap profesi kedokteran di Korea Selatan.
Alasan Penolakan Penambahan Kuota
Para dokter yang tergabung dalam serikat dokter menyatakan bahwa penambahan kuota mahasiswa kedokteran akan menurunkan standar pendidikan dan pelatihan di bidang medis. Mereka berpendapat bahwa lebih banyak mahasiswa kedokteran tidak serta merta berarti akan ada lebih banyak dokter berkualitas di masa depan. Sebaliknya, mereka khawatir bahwa peningkatan jumlah mahasiswa justru akan membebani sistem pendidikan kedokteran yang ada, mengurangi kualitas pelatihan klinis, dan akhirnya menghasilkan dokter-dokter dengan kompetensi yang tidak memadai. Selain itu, para dokter juga mengungkapkan kekhawatiran bahwa peningkatan kuota tanpa diimbangi dengan peningkatan fasilitas dan sumber daya akan memperburuk kondisi pendidikan. Mereka menekankan bahwa penambahan kuota harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur, peningkatan jumlah staf pengajar, dan penyediaan fasilitas klinis yang memadai untuk memastikan bahwa setiap mahasiswa mendapat pelatihan yang optimal.
Dampak Aksi Mogok
Aksi mogok kerja yang direncanakan ini diperkirakan akan berdampak luas, terutama pada pelayanan kesehatan di Korea Selatan. Banyak rumah sakit dan klinik yang akan mengalami gangguan operasional, yang bisa berujung pada penundaan atau pembatalan berbagai layanan medis, termasuk operasi dan konsultasi rutin. Kondisi ini tentu akan menambah tekanan pada sistem kesehatan yang sudah berjuang keras di tengah pandemi COVID-19. Pemerintah Korea Selatan sendiri menyatakan bahwa langkah penambahan kuota mahasiswa kedokteran bertujuan untuk mengatasi kekurangan tenaga medis, terutama di daerah-daerah terpencil yang sering kekurangan dokter. Namun, para dokter berpendapat bahwa masalah kekurangan tenaga medis di daerah terpencil tidak bisa diatasi hanya dengan menambah jumlah mahasiswa kedokteran. Mereka menyarankan adanya insentif dan program khusus untuk mendorong dokter muda bekerja di daerah-daerah tersebut.
Upaya Negosiasi
Sejauh ini, upaya negosiasi antara pemerintah dan serikat dokter masih terus berlanjut. Pemerintah berusaha untuk mencari jalan tengah yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Namun, jika negosiasi ini kembali gagal, aksi mogok kerja pada 18 Juni akan menjadi salah satu aksi protes terbesar yang pernah dilakukan oleh tenaga medis di Korea Selatan.
Kesimpulan
Gelombang mogok kerja dokter di Korea Selatan ini mencerminkan ketidakpuasan mendalam terhadap kebijakan pemerintah dalam penambahan kuota mahasiswa kedokteran. Isu ini menunjukkan betapa pentingnya kualitas pendidikan dan pelatihan medis dalam memastikan terciptanya tenaga medis yang kompeten dan profesional. Bagi pemerintah, tantangan terbesarnya adalah menemukan solusi yang bisa mengakomodasi kebutuhan akan tenaga medis yang lebih banyak tanpa mengorbankan standar pendidikan kedokteran. Sementara bagi para dokter, aksi ini adalah upaya untuk menjaga kualitas profesi mereka dan memastikan bahwa setiap dokter yang dilahirkan dari sistem pendidikan medis Korea Selatan memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat dengan baik.